Wednesday, June 01, 2005

Life and Death

Ada sebuah kisah di zaman Buddha, tentang seorang wanita muda bernama Kisa Gotami yg mengalami serangkaian tragedi. Pertama, suaminya dan anggota-anggota keluarga dekat lainnya meninggal dunia. Yang tertinggal bersamanya hanya seorang anak laki-lakinya. Lalu, anak itu pun terserang penyakit dan meninggal juga. Ia meratap dgn sedih, membawa jasad anaknya kemana-mana untuk meminta pertolongan, mendapatkan obat-obatan, agar membuatnya hidup kembali, tetapi tentu saja, tak seorang pun yg dapat menolongnya. Akhirnya, seseorang menyarankannya pergi kepada Buddha yg tengah mengajar di dekat hutan kecil. Wanita itu menghampiri Buddha, menangis sedih, dan berkata, "Guru yg mulia, tolonglah agar anak laki-lakiku ini hidup kembali." Buddha menjawab, "Aku akan lakukan itu, tetapi pertama-tama engkau harus berbuat sesuatu untukku, Kisa Gotami. Engkau harus pergi ke desa, dan membawakan untukku segenggam biji lada, dan dengan itu aku akan membuat obat untuk anakmu. Ada satu syarat yg penting," ujar Buddha, "Biji lada itu harus berasal dari rumah yg tak satu pun ada anggota keluarganya yg mati, yg tak satu pun pernah kehilangan anak atau orangtua, suami, istri, atau teman."

Kisa Gotami berlari ke desa dan bergegas mengunjungi rumah pertama, meminta biji lada. "Tolonglah, tolonglah, bolehkah aku memilikinya?" Dan orang-orang yg melihat kesedihannya segera menaggapinya. Tetapi kemudian ia bertanya, "Adakah seseorang di rumah ini yg pernah mati? Apakah itu ibunya, atau anak perempuannya, atau ayahnya, atau anak laki-lakinya?" Mereka menjawab, "Ya. Kami kedatangan kematian di tahun baru lalu." Maka, Kisa Gotami pergi dan berlari ke rumah berikutnya. Lagi mereka memberikan biji lada kepadanya dan lagi wanita itu bertanya, "Apakah ada seseorang di sini yg telah mati?" Kali ini bibinya gadis itu. Dan di rumah berikutnya, anak perempuannya yg mati. Dan begitulah, ia pergi dari rumah ke rumah di desa itu. Tak satu pun rumah tangga yg ia temui yg tak pernah mengenal kematian.

Akhirnya, Kisa Gotami terduduk dengan sedih dan sadar bahwa yg terjadi padanya dan anaknya terjadi juga pada orang lain. Siapa yg lahir akan mati juga. Ia membawa jasad anaknya kembali kepada Buddha. Di sana anaknya dikubur dengan upacara yg layak. Lalu ia bersujud kepada Buddha dan memohon pengajarannya yg membawanya pada kebijaksanaan dan terlindung di alam kelahiran dan kematian ini, dan ia sendiri melaksanakan ajaran-ajaran tersebut dengan sepenuh hati dan menjadi seorang yogi yg besar dan seorang wanita yg bijaksana

Early Buddhist

No comments: